Tuesday, September 6, 2016

Balada Pendakian Gunung Papandayan, GARUT

Kondisi langit saat kami tiba di Camp David (gambarnya agak blur ya maaf...)
Sepertinya saya mulai ketagihan dengan yang namanya naik gunung. Setelah menjajal Gunung Putri yang medannya cukup mudah, saya tertantang untuk naik pangkat dengan mendaki gunung yang lebih tinggi. Adalah berawal dari ajakan teman saya, sebut saja namanya Medi, dia punya resolusi di tahun 2015 untuk mendaki Gunung Papandayan. Alasannya memilih papandayan adalah pemandangan alam yang ditawarkan sangat beragam dan sangat indah, seperti yang di tulis di blog-blog dan web para pendaki yang saya lihat di internet. Karena mulai tertarik dengan mendaki gunung, saya pun mengiakan ajakan teman saya tersebut.

Kami melakukan pendakian bertiga dengan satu lagi teman yang merupakan saudara dari teman saya, sebut dia Fahri. Setelah membuat grup whatsapp, kami pun menentukan tanggal dan membagi-bagi barang bawaan yang akan dibawa nanti pada hari H. Semua peralatan camping kami sewa, karena memang kami tidak punya, mengingat sangat banyak tempat penyewaan alat camping sekarang ini dan harganya cukup terjangkau. Setelah semua persiapan dan tanggal ditentukan selanjutnya adalah menunggu hari H dan menjaga kesehatan serta stamina agar pendakian nanti berjalan dengan lancar. Tidak lupa berdoa semoga cuaca pada hari H akan cerah karena bulan kami melakukan pendakian adalah bulannya musim penghujan. Amiiiin...

Mendekati hari pendakian, sehari sebelum pendakian, si Fahri mengalami radang tenggorokan. Alhasil kami mengundur keberangkatan 1 hari dengan asumsi keadaannya akan membaik setelah beristirahat semalam penuh. Hatipun sudah gelisah dan tak enak karena rencana pendakian yang kami susun jauh-jauh hari terancam batal. Dengan mempertimbangkan berbagai hal dan ngototnya teman saya ingin mendaki Papandayan, kami membuat plan B, kami akan tetap berangkat berdua walaupun kemungkinan teburuknya Fahri belum sehat juga. Selain iru kami sudah terlanjur membooking alat-alat camping dan sudah keburu tanggung kalau dibatalkan. Mengingat tanggal di 2015 ini akan segera berakhir, masag ia... resolusinya si Medi tahun ini gagal...???!!!!

Malam sebelum berangkat, guess what ??? kondisi si Fahri sudah mendingan dan akhirnya kami pun jadinya berangkat bertiga seperti rencana awal. Alhamdulillah....

Terminal Leuwi Panjang, tempat kami menunggu Elf
Kami berangkat pada tanggal 29 Desember beberapa hari sebelum tahun baru. Tujuannya adalah menghindari keramaian pada saat hari libur. Karena akan banyak pendaki yang akan menghabiskan waktu di puncak-puncak gunung pada saat pergantian tahun, ya ala ala new year eve on top of the world lah.... Sekitar pukul 12 siang kami pun bertolak dari Dago dengan menumpang bus Damri menuju ke Leuwi Panjang. Untuk mencapai Gunung Papandayan yang terdapat di Garut, kami harus menumpangi bus elf yang ada di sana dengan ongkos yang kami lihat di internet cuman 25 ribuan. Dan saat itu kami di akal-akali kondektur bis dengan ongkos 40 ribu karena alasan sudah termasuk bus ke dari Garut ke Cisurupan yang merupakan gerbang masuk ke Papandayan. 

Perjalanan dengan elf yang harusnya cuman 3 jam kami selesaikan dengan waktu 5 jam, karena elf yang kami tumpangi sangat banyak ngetemnya. Kami diturunkan di alun-alun kota Garut dan berganti bus dengan jurusan Cisurupan. Si kondektur sudah mengingatkan kami untuk tidak lagi membayar ongkos karena sudah dibayar oleh bus sebelumnya, tapi kenyataannya kami masih kena charge 5 ribu perorang karena ongkos yang dikasih oleh bus sebelumnya katanya masih kurang. Karena malas berdebat ya kami kasih aja tambahannya. Fiuhh...... yang harusnya 25ribu di internet ternyata menjadi 45ribudi dunia nyataa....

Narsis dulu di plank "Selamat Datang" Camp David
Kami tiba di gerbang pendakian di Cisurupan sekitar pukul 6 lewat sore hari. Kondisinya sudah sangat sepi dan kabut mulai turun. Kami masih harus melanjutkan perjalanan menuju kaki gunung yang merupakan basecamp awal pendakian. Ada dua alternatif pilihan, pertama dengan menumpang pick up yang harganya 15 ribu per orang tapi harus nunggu penuh 15 orang atau kedua langsung dengan ojek dengan harga 20 ribu per orang, atau kalau mau olahraga bisa berjalan kaki selama kurang lebih satu jam, aowwwwwww......

Mengingat sudah hampir malam opsi pickup sudah tidak mungkin lagi, apalagi jalan. Jadi cara satu-satunya adalah dengan ojek. Begitu turun dari elf, kami langsung di kerumuni oleh bapak-bapak ojek layaknya gula dikerumunin semut. Kami ditawari harga 40 ribu per orang dengan alasan sudah mulai gelap, whattt???? berlagak jual mahal, kami pun menunggu rombongan yang akan melakukan pendakian siapa tahu masih cukup kuota untuk diajak carter pick up bareng. Namun karena sudah malam dan massa yang terkumpul saat itu hanya 7 orang 2 orang bapak-bapak dan sepasang pasangan muda asal Bekasi. 

Sepertinya bapak-bapak ojek ini menyerah dan mau mengangkut kami dengan ongkos 25 per orang. Perjalanan menuju camp david yang merupakan titik awal pendakian memakan waktu sekitar 15 menit. Jalan yang kami lalui sudah beraspal dan bisa dilalui kendaraan roda empat dengan baik. Kami harus membayar tiket masuk sebesar 15 ribu perorang di gerbang masuk sebelum memasuki camp david. Setelah itu masih harus mendaftar di pos dan membayar restribusi lagi sebesar 15 ribu lagi. Kami dianjurkan untuk melakukan pendakian keesokan harinya karena kondisi sudah gelap dan sangat berbahaya kalau belum tau medannya.

Setelah diskusi dengan teman dan dua orang rekan dari Bekasi, dengan bejumlah 5 orang, kamipun memutuskan untuk melakukan pendakian malam itu juga dengan mengikuti rute yang sudah ada. Karena teman baru kami yang dari Bekasi mengaku sudah pernah mendaki kesana sebelumnya, tapi sudah beberapa tahun yang lalu, yahhhhh berdoa saja deh semoga selamat hingga tujuan dan tidak ketemu dengan hal yang aneh-aneh....

Pendakian malam itu berlangsung selama lebih dari 2 jam. Medan yang kami lalui merupakan kombinasi jalan berbatu dan gabungan naik turun bukit dan lembah. Melakukan pendakian dimalam hari harus ekstra hati-hati karena oleng sedikit kita bisa terjatuh dan buruknya bisa masuk jurang. Beberapa kali kami istirahat untuk menarik napas dan meneguk air minum. Kami hanya cukup mengikuti jalan setapak dan tiang-tiang biru hingga nantinya sampai di Pondok Saladah, yang merupakan area untuk mendirikan tenda. Uniknya diperjalanan kami berpapasan dengan warga lokal yang mengendarai motor, what?????? motor????? bukan motor biasa memang, motor yang mereka gunakan adalah jenis trail yang sudah dimodifikasi sedimikian rupa sehingga ampuh di medan seperti Papandayan ini. Berkendara di sini sepertinya bukan ditetukan oleh jenis motor saja melainkan skill yang sudah dimiliki selama bertahun-tahun lamanya. jadi jangan heran kalau selagi melakukan pendakian terdapat satu dua motor yang akan melintas membawa barang-barang dagangan yang dijual di puncak papandayan.

Kami tiba Gober Hunt, awalnya kami belum tau bahwa area ini adalah Gober Hunt, sekitar pukul 9 malam. Di Papandayan ini memang sudah terdapat warung-warung yang menyediakan jajanan dan perlengkapan sehari-hari bahkan toilet untuk mandi juga ada, kurang enak apa coba? Kami istirahat di salah satu warung sejenak karena masih ada sekitar 15 menit lagi waktu yang diperlukan untuk sampai ke Pondok Saladah. Setelah mendaftar di pos  ke 2, kami pun melanjutkan perjalanan melewati hutan dengan mengikuti trek yang sudah ada.

Pengalaman saya mendirikan tenda di Gunung Putri ternyata  sangat berguna di sini. Kami pun dengan cepat bisa mendirikan tenda di Pondok Saladah setelah memutuskan mencari lokasi yang agak rata dan tidak terlalu ramai, yahh walaupun bentuknya tidak sempurna-sempurna amat sih. Kami pun mengeluarkan kompor untuk memasak air karena perut sudah keroncongan dan kondisi malam itu cukup dingin. 

Gambar apa ini?? niatnya sih mau foto milky way tapi fail...
Sisa malam dihabiskan dengan bergabung dengan api unggun yang dibuat oleh petugas kebersihan Pondok Saladah sambil mengeringkan sleeping bag yang basah terkena hujan di alam tas. Kami lupa membungkusnya dengan plastik karena dalam perjalanan dengan elf tadi sempat turun hujan di tengah jalan.

1 comment:

Habis Bensin di Antah Berantah, Eksplore Bumi Laskar Pelangi

Danau Kaolin Di Belitung Hari ke-2 di Belitung saya berencana mengunjungi Danau Kaolin, dan paling jauh saya ingin mengunjungi Gantong. Ada ...