Wednesday, August 12, 2015

Mengunjunjungi GuangZhou Pertama Kalinya

7 Februari 2015

Menara Canton yang menjadi Icon GuangZhou
View Waktu Malam Hari
Saya tiba di Guangzhou jam 8 pagi. Seperti biasa, tempat yang saya datangi terlebih dahulu adalah stasiun metro, untuk melihat rute dan tempat yang akan saya tuju selanjutnya. Sewaktu di Shanghai saya sudah book hostel di Guangzhou terlebih dahulu. Di webnya ada dicantumkan rute dan alamat bagaimana cara menuju hostel tersebut. Saya memilih yang terdekat dengan stasiun, serta membaca beberapa review mengenai hostel yang akan saya pilih tersebut. Belajar dari pengalaman di Shanghai, saya harus lebih teliti dalam memilih hostel. Saya mencari Stasiun Ximenkou ada di line berapa, karena hotel yang saya book lokasinya tidak jauh dari sana. Setelah menemukannya di map, saya langsung membeli tiket. Sebagai catatan, mesin penjual tiket di Guangzhou ini ada beberapa yang dijaga oleh mbak-mbak cantiknya. Tujuan mereka sebenarnya adalah membantu penumpang yang tidak paham menggunakan mesin tiket otomatis ini. Masalahnya adalah, kadang mereka mengambil sisa uang kembalian tanpa sepengetahuan penumpang walaupun itu cuman 10 ataupun 50 sen. Jadi kalikan saja kalau mereka dapat banyak. Saya baru mengetahuinya ketika membeli tiket dengan tujuan yang sama, selisih tiketnya 50 sen, lumayan kan?????


GuangZhou Opera House Karyanya Mbak Zaha

Entrance Utama Opera House



Sesampainya di Ximenkou Station, saya langsung mengikuti instruksi yang sudah saya catat dari web. Sangat mudah menemukan hostelnya sebenarnya, cuman harus sedikit bersabar. Berbeda dengan Beijing dan Shanghai yang bisa check in jam berapa saja, di sini saya harus menunggu pengunjung yang check out dan kamar di bersihkan, maklum lagi full booked. Alhasil saya disuruh kembali lagi seltelah jam 2 siang. Karena pengaruh cuaca yang dingin, saya tidak perlu mandi pagi itu karena saya tidak berkeringat. Hehehehehe.... setelah menitip tas, daripada bengong saya melanjutkan perjalanan ke destinasi wisata yang dekat dan mudah dijangkau saat itu. Setelah searching dengan modal WiFi hostel, maka saya memutuskan untuk pergi ke Canton Tower, menara yang menjadi iconnya Guangzhou. Saya kembali ke Ximenkou Station dan membeli tiket menuju Stasiun Lujiang di line 8. Sebelumnya saya membeli beberapa roti untuk sarapan sebelum melanjutkan perjalanan ke canton tower.

Di Lantai Ground Ada Kolam Susus, eh... Ikan
Menara Canton ini dinamai sesuai dengan etnis canton yang banyak mendiami Guangzhou. Tingginya sendiri mencapai 600 meter dan difungsikan sebagai menara observasi dan menara pemancar berbagai media (sesuai dengan yang saya baca di wiki). Bentuk bangunannya sendiri sangat unik, seperti kumpulan sumpit yang di twist, sehingga membentuk lekukan pinggang pada bangunannya. Bangunan ini sendiri terbuat dari pipa-pipa baja, dan mulai dibangun sekitar tahun 2005 dan selesai tahun 2010. Pada malam hari menara ini memiliki konsep lighting yang sangan indah. Puas capture beberapa view di sekitar menara ini saya berniat berjalan kaki ke sisi sungai di seberangnya. Kelihatannya sih dekat, tapi saya berjalan lebih dari satu jam untuk mencapai sisi yang satunya. Heheheheh.... hitung-hitung olah raga, soalnya capek duduk di kereta api hampir 20 jam. 

Di sana saya menemukan Guangzhou Opera house, salah satu bangunan karya Zaha Hadid, jangan tanya bentuknya seperti apa, kalau kamu arsitek atau mahasiswa arsitek, taula bagaimana gaya-gaya desain arsitek wanita peraih penghargaan Pritzker Architecture Prize tahun 2004 ini. Tak jauh dari gedung opera ini terdapat Perpustakaan Guangzhou. Bentuknya seperti buku, saya menyempatkan masuk kedalamnya. Suasananya seperti Mall kalau di Indonesia, ramainya bukan main, padahal cuman perpustakaan yang isinya buku buku dan buku. Saya sampai berdecak kagum melihatnya, andai saja indonesia punya yang beginiaan..... Di sebelahnya masih ada satu buah museum lagi cuman sudah tutup karena sudah kesorean, saya memutuskan pulang ke hostel dan singgah terlebih dahulu di Beijing Lu.

Perpustakaannya GuangZhou

Suasana Dalam Perpustakaan

Canggih kan?? Ala-ala Iron Man Gitu

Museum di Sebelah Perpustakaan
Beijing Lu, Pusat Berbelanja
Ya, Beijing Lu. Setelah Wang Fu jing dan Nanjing Road, ternyata Guangzhou punya tempat perbelanjaan ala-ala pinggir jalan yang sama. Namanya Beijing Lu, lokasinya sangat dekat dengan hostel saya menginap, kalau berjalan kaki dapat ditempuh dalam waktu 15 menit saja. Disini saya menemukan lagi Mie seperti di Beijing dan Shanghai, tanpa pikir panjang saya masuk dan langsung pesan satu porsi. Heheheheh.... Saya kembali ke Hostel karena sudah cukup lelah seharian berjalan dan belum ada istirahat sesampainya di Guangzhou.


Sunday, August 9, 2015

Hari Terakhir di Shanghai, Visit China Art Museum

6 Februari 2015

China Art Museum
Skala Bangunan
Setelah beres-beres dan packing, saya bersiap-siap untuk chek out hostel. Kereta api saya menuju ke Guangzhou berangkat sekitar jam 4 sore. Jadi saya masih memiliki waktu untuk jalan-jalan di Shanghai daripada duduk membusuk menunggu kereta sampai jam 4 sore. Saya menitip tas saya di penitipan dekat stasiun agar mudah mengambilnya, dari pada saya menitipnya di hostel sangat jauh untuk menjemputnya kembali dan butuh waktu yang lama, apalagi jam 4 sore itu adalah rush hour. Titip tas di stasiun ini kena charge 30 yuan untuk satu hari nya, mahal sih memang daripada harus bolak balik hostel yang jaraknya cukup jauh.


Setelah sarapan di restoran fast food stasiun saya memutuskan mengunjungi Expo lagi. Mengingat cuaca hari ini sangat cerah dan saya kemarin belum sempat eksplor daerah sana lebih jauh. Saya menaiki metro dan berhenti di Stasiun China Art Museum. Begitu keluar dari stasiun saya lansung menuju ke museum dengan bentuk bangunan yang sangat unik ini. Dulu waktu Wolrd Expo 2010, bangunan ini digunakan sebagai paviliunnya China. Bentuknya sangat unik, sesuai dengan yang saya baca di web, mereka mengklaim pavilion ini sebagai pavilion terbesar dan termegah saat Expo. Dan sekarang menjadi salah satu museum terbesar di asia. Bentuk bangunannya sendiri terinspirasi dari Ancient Oriental Crown 'Mahkota Kerajaan'. Mahkota ini sendiri melambangkan keunikan, persatuan dan kekuatan. Karena dibangun dengan gaya arsitektur modern, bangunan ini sudah menerapkan sustainable design dan memiliki green rooftop

Beberapa Lukisan Di Dalam Museum
Saya memasuki museum ini tanpa dipungut biaya alias gratisssss. Begitu mendekati pintu masuk bangunan ini kita langsung disambut oleh tangga yang sangat megah dan memang skala bangunannya juga sudah terasa megah dari dekat. Karena judulnya Museum Seni, barang barang yang dipajang di dalam sini adalah macam-macam karya seni dari bebagai penjuru China. Ada juga sekelumit menjelaskan tentang sejarah dan budaya China. Selain Exsebisi dan pameran di dalam bangunan ini juga ada cafe dan toko souvenirnya. Jadi pengunjung tidak akan bosan kalau berkunjung ke sini.

Mercedes Benz Arena

Setelah dari museum saya bergerak kebangunan sebelahnya, Mercedes Benz Arena. Bangunan berbentuk ufo ini difungsikan sebagai mall dan gedung pertunjukan. Di lantai paling atas terdapat bioskop yang menayangkan filim-filin terkini. Di sebelah gedung ini terdapat River Mall, bangunan dengan konsep struktur tenda yang sangat besar. Jadi kalau kamu memiliki background Arsitek ataupun sipil, di Shanghai sangat banyak contoh-contoh bangunan dengan desain dan struktur yang sangat unik yang bisa dijadikan sebagai referensi. Salah satunya The River Mall ini. 

Koridor Lantai Atas Mercedes Benz Arena
Maafkan Selfie Saya 

The River Mall Shanghai
Interior River Mall

River Mall Dari Luar
Bergerak dari The River Mall, saya masih memiliki waktu kirang lebih 4 jam lagi sebelum keberangkatan kereta ke Guangzhou. Setelah searching di web saya memutuskan mengunjungi Pagoda dan Memorial park di daerah Longhua. Tidak begitu ramai sih, tapi bisalah untuk menghabikan waktu dari pada menunggu di stasiun. Di dekat memorial park ini ada Restoran milik uigur juga. Jadi saya menyempatkan mengisi perut dengan mie kuah yang sangat menggoda selera. 

Longhua Pagoda

Memorial Park at Longhua
Saya berangkat dari Shanghai menuju Guangzhou tepat jam 4.55 sore dan sampai di Guangzhou keesokan harinya jam 8 pagi.

Shanghai Hari ke-3, Modern Architecture vs Classic....

5 Februari 2015

Pencakar Langit Shanghai
Hari terakhir di Shanghai saya memutuskan untuk eksplore daerah Pudong District. Kalau kemarin-kemarin saya hanya menikmati gedung-gedung pencakar langit The Bund dari kejauhan, kali ini saya akan menikmatinya dari dekat. Karena lokasinya dekat dengan penginapan, saya memutuskan berjalan kaki saja, hitung-hitung berbaur dengan para pekerja-pekerja kantoran yang akan bekerja pagi itu. Saya meninggalkan Hostel pukul 7 lewat dan mampir di minimarket untuk membeli roti dan air mineral.

Shanghai Skyline

Jinmao Tower dan
Shanghai World Finance Center
Di Pudong Area ini banyak gedung-gedung pencakar langit dengan arsitektur canggih dan moderen. Beberapa diantaranya adalah Oriental Tower, Jin Mao Tower, Shanghai World Finance Center, dan masih banyak lagi. Selain berjalain kaki, kita juga dapat menjangkau tempat ini dengan menggunakan metro, kita dapat turun di Stasiun Luijazui dan Century Avenue Line 2. Jadi cukup mudah kan? Karena merupakan area perkantoran dan pusat bisnis, Pudong Area ini sangat ramai dengan karyawan pada jam-jam sibuk, jadi jangan takut karena berjalan sendirian karena relatif aman. Berbeda dengan sisi Huangpu River di seberangnya area Pudong ini dipenuhi gedung-gedung pencakar langit yang membentuk Skyline yang terkenal hingga ke penjuru dunia. Sebut saja Oriental Pearl Tower, bukan sembarang dibentuk, bangunan ini terinspirasi dari sebuah puisi dari Dinasti Tang, Pipa Song. Selain itu bentuknya yang seperti mutiara menjadikannya sebagai icon landmark di Pudong Area ini. Ada juga Jin Mao Tower bangunan tertinggi ke-17 di dunia. Bangunan ini difungsikan sebagai perkantoran, hotel dan pusat perbelanjaan. 
Oriental Pearl Tower

Setelah makan siang di restoran fast food yang ada diputaran Pearl Tower, saya melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya. Tujuan saya kali ini adalah Xi Tian Di. Kita dapat menjangkau tempat ini dengan menggunakan metro dan berhenti di Stasiun Xi Tiandi line 10. Kenapa saya tertarik? karena Xi tiandi merupakan area perbelanjaan yang dikemas berbeda (yaaaaa walaupun saya tidak ada niat untuk berbelanja) dan memiliki bentuk arsitektur yang unik. Sesuai dengan yang saya baca di web, bangunan disini memang tidak 100 persen original, dan banyak diantaranya merupakan bangunan-bangunan baru yang di rekonstruksi dengan gaya arsitektur tradisional pertengahan abad ke-19. Dan karena car free, jadi kita sangat nyaman berjalan-jalan di area ini.Terdapat banyak gerai-gerai makanan dan tempat nongkrong yang menarik disini. Saya puas menikmati Xi Tiandi hingga jam 4 sore.

Bergerak dari Xi Tiandi, saya kembali ke Yuyuan garden untuk membeli beberapa oleh-oleh. mengingat besok saya sudah berangkat ke Guangzhou. Saya membeli beberapa T-Shirt dan miniatur untuk koleksi dirumah. Dan terakhir. 3 hari di Shanghai, saya tidak pernah melewatkan makan malam di Nanjing Road, mungkin karena sudah ketagihan kali ya.....

Gaya Bangunan di Xitian Di

Jalur Pedestrian Xitian Di

Jalanan Xitian Di

Beberapa Restoran Xitian Di

Xitian Di Alley

Shanghai Hari ke-2, Berkunjung ke Yuyuan Garden sampai ke Shanghai Expo

4 Februari 2015

Suasana di Dalam Yuyuan Garden

Setelah semalaman browsing tentang area-area wisata di Shanghai, jatuhlah pilihan saya untuk mengunjungi Yuyuan Garden, karena merupakan salah satu a must visit place in Shanghai. Cukup mudah untuk menjangkau taman ini, cukup dengan menaiki Shanghai Metro dan berhenti di Stasiun Yuyuan Garden line 10, cukup mudah bukan??? Saya berangkat sekitar jam 8 pagi setelah menyempatkan mengisi lambung agar tidak kelaparan di jalan, serta mempersiapkan beberapa botol air minum untuk persediaan agar jangan sampai dehidrasi.

Bangunan di Sekitar Yuyuan Garden
Saya tiba di stasiun Yuyuan Garden 45 menit kemudian, kita dapat memilih pintu keluar mana saja, karena begitu keluar stasiun di luar akan ada papan penunjuk yang mengarahkan kita menuju ke taman Yuyuan ini. Terletak di salah satu jantung kota tua Shanghai, taman ini masih terjaga ke originalitasannya meskipun Shanghai merupakan kota yang sudah sangat maju dan moderen. Dalam Bahasa China, Yuyuan memiliki arti kebahagiaan, oleh sebab itulah taman ini disebut juga The Garden of Happiness. Taman ini dibangun pada zaman Dinasti Ming, dan merupakan salah satu taman terbesar dan termegah pada masanya. Desainnya sendiri terdiri dari beberapa bangunan-bangunan berarsitektur tradisional China yang dilengkapi oleh kolam-kolam yang sangat indah. Taman ini terbagi kedalam 6 area yang masing-masing areanya dipisahkan oleh tembok berukiran naga. Di sini kita dapat menikmati keindahan alam berupa pepohonan yang masih asri diselingi suara riak-riak air yang sangat menyejukkan. 

Salah Satu Kolam di Yuyuan Garden
Diluar komplek taman ini dikelilingi oleh toko-toko penjual cendramata dan oleh-oleh. Bangunannya sengaja dibuat memiliki unsur-unsur tradisional bertujuan agar sesuai dengan konteks taman Yuyuan. Jadi kalau berkunjung ke Shanghai, tempat ini layak dimasukkan kedalam list mengingat tempat ini memiliki sejarah dan tentunya surganya belanja oleh-oleh yang masih bisa ditawar dengan harga miring. Heheheheh.....

Beberapa Toko di Sekitar Taman
Ditengah jalan mau ke stasiun metro, berniat untuk melanjutkan ke destinasi wisata selanjutnya, saya bertemu dua gadis lokal, sebut saja namanya Lingling dan Mingming. Entah scam atau bukan, awalnya saya dimintai tolong untuk mengambil foto mereka berdua, kemudian diajak ngobrol ini dan itu, hingga akhirnya saya terbujuk untuk join bersama mereka untuk menyaksikan pertunjukan Tea Art. Pertunjukan Tea Art ini menunjukkan bagai mana masyarakat zaman dahulu menyajikan teh. Karena mereka sangat menyukai budaya minum teh, maka lahirlah teh dengan bermacam-macam rasa dan khasiat. Mulai dari teh untuk awet muda, teh mempercantik wajah, teh anti pikun dan sebagainya dan sebagainya. Untuk menikmati semua teh itu kita diharuskan membayar 20 yuan per gelas (kebayangkan gelasnya mereka ukurannya sebesar apa???) dan dalam satu pertunjukan ada 8 gelas. Jadi kalikan sendiri saya habis berapa. Belum lagi setelah pertunjukan kita diwajibkan membeli salah satu dari teh tersebut. Awalnya saya menolak dan menjelaskan uang saya tidak cukup, tapi mereka tetap memaksa dan bilang kalau itu kurang sopan, jadi gadis-gadis ini menyarankan untuk patungan karena ada promo beli 2 gratis 1. jadilah kita patungan bertiga dan uang saya kandas 300 yuan, YA 300 YUAN.... !!!!!! jadi total 460 YUAN. Silahkan kalikan sendiri jadinya berapa rupiah T__T. Pada akhirnya mereka mengantarkan saya ke stasiun metro dan masih berusaha mengajak saya menyaksikan pertunjukan sirkus, tapi saya menolak, takut duit saya terkuras lagi lebih dalam. Bye......

Saya Berfoto Di Gerbang Qibao
Qibao Temple
Destinasi berikutnya Qibao, ini berdasarkan saran dari mereka berdua, apa salahnya di coba. Sebelumnya saya singgah di Stasiun kereta api untuk membeli tiket ke Guangzhou, takut kehabisan. Beruntung saya masih mendapat tiket Hard seat seharga 206 yuan (duh masih keinget 460 yuan saya yang kandas). Selanjutnya saya menaiki metro dan berhenti di Stasiun Qibao line 9. Qibao merupakan salah satu kota tua di Shanghai yang terletak di pinggiran Puhui River. Bangunan di daerah ini masih tetap dipertahankan tradisional untuk menjaga keasliannya. Karena berada di pinggiran sungai maka perahu merupakan salah satu transportasi yang dipakai masyarakat pada jaman dahulu, dan masih bisa difungsikan sampai sekarang. Daerah ini terkenal dengan berbagai macam kulinernya yang aneh-aneh. Karena sangsi akan ke halalannya, alhasil saya hanya berjalan-jalan berkeliling dan capture beberapa view yang menarik. Masih mencoba move on dari dua gadis 460 Yuan.

Toko di Pinggir Sungai Qibao
Setelah puas berkeliling di Qibao, saya memutuskan untuk ke destinasi berikutnya. Waktu sudah menunjukkan Pukul 3 sore. Saya bertujuan mengunjungi Shanghai Expo. Meskipun sudah tidak ada expo lagi, tapi masih tersisa beberapa paviliun-paviliun ber arsitektur menarik di sana. Sana menaiki metro dan berhenti di Stasiun China Art Museum Line 8, setelah selesai expo hanya tersisa beberapa pavilun saja, salah satunya paviliun China yang sekarang dijadikan Art Museum. Selain itu ada River mall dan Mercedes Benz Paviliun yang masih tersisa. Karena sudah sore sekitar jam 5 dan kondisi berkabut saya hanya singgah sebentar berfoto dan akhirnya pulang. Saya menyempatkan kembali mengunjungi Nanjing Road untuk makan sebelum akhirnya kembali ke Hostel untuk istirahat.


Pusat Jajanan Qibao



Friday, August 7, 2015

Welcome To Shanghai....

3 Februari 2015

The Bund Malam Hari

Suasana Jalanan Shanghai
Setelah menempuh perjalanan dengan kereta api selama kurang lebih 22 jam, tepat pukul 8 pagi saya tiba di Shanghai. Yup... pada hari ke-15 Shanghai merupakan kota ke sekian yang saya kunjungi dalam trip backpacker saya kali ini. Masi sama seperti Beijing, Suhu disini masih dingin, walaupun tidak sedingin Beijing tapi angin disini cukup kencang karena tepat berada di tepi laut China Selatan. Kota Shanghai memiliki sejarah yang sangat panjang. Tentunya tidak akan saya kupas secara detail karena akan menghabiskan berhalaman-halaman blog ini nantinya. Dan tentunya karena merupakan kota perdagangan dan pusat bisnis, kota ini akan dipenuhi oleh ekspatriat-ekspatriat dari berbagai penjuru dunia.
Seperti biasa, kegiatan setelah tiba di suatu tempat baru, hal yang saya lakukan adalah mencari penginapan yang telah saya booking lewat web. Karena sudah hari sekian saya di negeri tirai bambu ini, jadi saya sudah terbiasa dengan stasiun kereta api, subway, bus dan sebagainya. Saya memilih penginapan yang dekat dengan stasiun metro, di sini namanya Shanghai Metro,  namun apa boleh buat jarak yang dicantumkan di web booking tidak sedekat yang diperkirakan. Saya harus berjalan kurang lebih 20 menit untuk mencapai penginapan ini. Apaboleh buat, ada harga ada barang. Saya membayar penginapan ini sebesar 150 yuan untuk 3 malam. Setelah chek in dan membereskan beberapa barang bawaan, saya bersiap-siap untuk menjelajahi Shanghai dan mencari makanan pengganjal perut. Kamar dorm yang saya tempati dihuni oleh beberapa mahasiswa dan orang-orang yang mencari pekerjaan di Shanghai. Jadi cuma saya sendiri turis di kamar tersebut.

Jalanan Shanghai Yang Legang

Shanghai Urban Planing Museum
Saya sebenarnya tidak terbiasa menyusun tempat-tempat mana saja yang akan saya kunjungi di Shanghai, karena beberapa kali saya susun selalu tidak sesuai dengan rencana awal, karena saya lebih suka dengan sesuatu yang tidak terencana sehingga bisa menemukan hal-hal yang baru. Itulah senangnya bepergian seorang diri, you can go everywhere you want to go tanpa perlu berdikusi dan melalui rapat rumit terlebih dahulu. Tempat yang saya kunjungi pertama kali adalah The Bund. Pearl from Shanghai, demikian mereka menyebutnya. Posisinya tepat berada di tepi Shanghai river. Kita bisa menyaksikan kumpulan bangunan-bangunan pencakar langit berarsitektur moderen yang memiliki bentuk-bentuk yang sangat unik. Kalau saya sih menyebutnya giant maquete of modern architecture. Apabila kita ingin menyaksikan bangunan yang lebih moderen kita tinggal melihat keseberang sungai Huangpu (Pudong area), dan jika ingin menikmati bangunan-bangunan dengan arsitektur yang lebih klasik bergaya eropa kita tinggal memandang ke seberang jalan. Yup, arsitektur bangunan-bangunan di shanghai dipengaruhi gaya arsitektur klasik eropa, yang bangunannya masih ada dan eksis sampai sekarang. Kebanyakan bangunan itu sudah dimanfaatkan sebagai hotel dan pusat perbelanjaan sehingga masih terawat dengan rapi. Saya berkeliling daerah the bund selama beberapa jam. Saya sungguh tidak bisa membedakan mana turis, mana penduduk lokal, karena mereka berpakaian hampir sama modisnya. Jadi jangan harap bisa menemukan turis backpacker dengan keterbatasan budget di sini selain saya tentunya. Hahahahaha....


Maket Kota Shanghai

Rencana Revitalisasi Tepian Sungai Huangpu

Pengembangan Bandara Pudong Shanghai

Display di dalam Museum
Asik berjalan menelusuri kota Shanghai, walaupun saya tidak tahu pasti saya berjalan di daerah mana, saya menemukan Shanghai Urban Planning Museum. Tanpa berpikir 2 kali saya langsung memasuki bangunan tersebut, karena saya bisa melihat sejarah Shanghai lengkap dan perencanaan kota Shanghai kedepannya akan seperti apa (duhhhh mainan anak arsitektur memang tidak jauh-jauh dari bangunan ya). Saya membeli tiket masuk seharga 40 yuan. Bangunan terdiri dari 4 lantai dan sungguh ini merupakan pengalaman baru mengunjungi bangunan yang didalamnya terdapat info lengkap tentang suatu kota. Biasanya museum satwa di Malang atau paling dekat museum wildlifenya rahmadsyah di Medan. China memang salah satu negara yang peka terhadap teknologi. Seperti saya ceritakan sebelumnya mengenai bangunan mega struktur yang terdapat di negara ini, mereka juga mempunyai teknologi kereta cepat yang harga tiketnya menyaingi tiket pesawat udara. Selain itu terdapat juga Maglev Train, kereta cepat (bisa mencapai 500 km/jam) yang gerbongnya melayang di atas rel dan saat ini masih melayani rute longyang road station menuju bandara internasional pudong. Jangan tanya berapa harga tiketnya. Bisa search sendiri di Internet. Hahahhaha.....


Display di Dalam Museum
Di dalam gedung ini akan ditemui sangat banyak perencanaan-perencanaan kota Shanghai kedepannya. Mulai dari pengembangan Bandara international Pudong yang terintegrasi dengan jalur kereta cepat, Revitalisasi kawasan pinggir sungani Shanghai danmasih banyak lagi. Jadi kalau kamu berlatar belakang Arsitek ataupun Planolog, tidak ada salahnya mengunjungi tempat ini. Dijamin ngak bakalan rugi.

Hari ini ditutup dengan jalan-jalan di Nanjing Road. Jika di Beijing terdapat Wang Fu Jing Street, surga belanjanya kalangan menengah ke atas. Maka di Shanghai kita akan menemukan Nanjing Road. Terbagi atas dua segmen yakni Nanjing Road East dan Nanjing Road West. Kiri kanan jalan ini akan ditemui banyak gerai-gerai produk bermerek mulai dari pakaian, perhiasan sampai peralatan-peralatan elektronik. Mengunjungi kawasan ini dimalam hari, kita akan disuguhi pemandangan billboard dan digital advertising yang berkelap-kelip sepanjang jalan. Di daerah ini saya makan malam disalah satu kedai mie milik salah satu etnis uigur. Mie nya diolah dan disajikan bermacam-macam. Jadi jangan harap menemukan makanan tanpa olahan mie di restoran ini. Pertama kali mencobanya adalah waktu di Beijing itupun karna kenalan baru dari pakistan yang mengenalkannya ke saya, alhasil jadi ketagihan.

Nanjing Road Shanghai
Macam-Macam Gerai di Nanjing Road




Habis Bensin di Antah Berantah, Eksplore Bumi Laskar Pelangi

Danau Kaolin Di Belitung Hari ke-2 di Belitung saya berencana mengunjungi Danau Kaolin, dan paling jauh saya ingin mengunjungi Gantong. Ada ...